Ayah, ibu, izinkan saya keluar hari ini
Keizinan sentiasa kami berikan.. keluarlah
Tapi ayah, ibu, keluar hari ini, saya perlukan lebih dari itu
Berpandangan, antara si ibu dan si ayah
Wahai anak, belumkah cukup keizinan itu.. kami tidak pernah mengurangkannya
Saya bukan persoalkan cukup atau tidaknya, tapi saya lihat pada kesudahannya..
Terima kasih ibu, melahirkan saya, mustahil untuk saya melakukannya pada ibu..
Terima kasih ibu, lemah diri saya tika kecil dahulu, tapi ibu kuatkan diri ibu membelai saya
Ibu, saya rasa kesal, tak berjaya, dan memang tidak ada jalan untuk saya membalas jasa ibu
Sesalkah ibu dengan saya? Penatkah ibu membesarkan saya?
Halalkan segala yang saya dapati dari ibu selama ini
Anak,Ibu dan Ayah saling berpandangan
Ayah, saya tidak mungkin boleh mengingatnya kembali.. semuanya.. tapi saya yakin, saya turut tidak mampu membalas jasa ayah
Ayah mungkin ingati, saya hampir jatuh, ayah sambut diri saya..
Jam 2.30 pagi, tika umur saya enam bulan, ayah turun carikan ubat untuk saya.. meragam semalaman..
Ayah pasti marah, bila saya buatkan ayah tidak hadir ke pejabat, terpaksa temani saya yang demam satu masa dahulu..
Saya hormati ayah, kasih saya pada ayah, buatkan saya pohon keizinan ini
Anakku,
Kenapa kamu lafazkan semua ini. Apa yang sedang berlaku? Mustahil kami tidak meredhai segala yang kami berikan.. sedangkan kami juga punyai ayah dan ibu..Tidak adil untuk kami mengatakan semua itu milik kami. Kami juga lahir dari perut ibu.. kami juga punyai bapa yang mengusap kepala kami..kita sama, anak..
Ayah, ibu, kita memang sama..kita pernah jadi anak, kita juga akan punyai anak. Saya khuatir ayah.. saya bimbang, ibu. Bagaimana dengan anak saya. Adakah Allah akan jagainya seperti Allah mendidik saya..membimbing ayah dan ibu..
Bungkam. Nyerih di hati ayah, ibu dan anak..
Ayah, ibu, saya keluar dulu. Tapi mungkin saya tak mampu kembali.. Mungkin pasti saya tak kembali.
Anak, masa memang tidak dapat dikembalikan. Tapi dirimu masih lagi anak kami. Apa pun keadaannya...Apa pun waktunya, kamu tetap kembali di hati kami.
Terima kasih, ayah.. Terima kasih ibu. Saya bawa bersama saya semangat.. Saya bawa bersama saya keazaman. Saya yakin, ayah dan ibu tidak akan lupakan saya.
Pesanlah pada isteri dan anak saya. Saya tidak mampu melafazkannya sendirian.. buat kali terakhir...Pesankanlah.. suaminya menyahut seruan Illahi. Bapanya teguh berpaksikan syariat.. Hancur berkecai badan ini. Tetap akan terkumpul di akhirat kelak. Hanya terpisah kita sekeluarga, cukup mudah Allah kan kembalikan.
Ayah, ibu, saya hulurkan jari-jari tangan ini, buat kali terakhir. Wajah ini tidak akan dapat ditatap lagi di dunia ini. Doakanlah saya, ibu, agar langkah jihad kali ini berlandaskan kebenaran dan keikhlasan.
Setapak demi setapak, pejuang operasi jihad Palestin, dengan bahan letupan di badannya, melangkah tegap, bersemangat, kental.Tiada lagi tolehan ke belakang..
Anakku, kamu tahu saat matimu...kamu mampu membilang saat dan minit kematianmu. Janganlah kamu lupakan, bahawa, setiap saat itu zikrullah, dan setiap gerak langkahmu, adalah keredhaan kami. Kami izinkan kamu keluar, anak. Dan akan kami dan belai setiap helaian rambutmu, tanpa rasa jemu.
Abu Nufayl, Jun'05
No comments:
Post a Comment